BIMBINGAN
DAN KONSELING PERKEMBANGAN
1. Analisis
bagaimanakan cara membentuk anak yang hebat?
Jawaban :
Sejak
lahir anak-anak telah dibekali dengan potensi dari Tuhan YME. Mester (2014)
menyebutkan bahwa anak lahir bagai kertas putih sesuai dengan teori John Locke,
sehingga anak berpotensi untuk diwarnai dengan berbagai macam sumber
pembelajaran, baik akademik maupun non akademik. Mengoptimalkan potensi anak
adalah tanggung jawab semua kalangan, baik orang tua, lingkungan, tenaga
pendidik, sekolah, bahkan pemerintah. Oleh karena itu butuh sistem yang
terintegrasi untuk menumbuh kembangkan anak menjadi sosok yang hebat.
Anak
yang hebat adalah anak yang mampu mensinergikan pikiran, hati dan perilaku
menjadi hal yang konstruktif. Mengptimalkan ketiganya tidaklah mudah, sehingga
anak perlu mendapatkan pembiasan-pembiasaan tertentu. Di dalam proses tumbuh
kembang anak. Ibu adalah “sekolah” pertama dan utama bagi anak-anaknya. Oleh karena
itu, akhlak dan kecerdasan sang ibu menjadi faktor utama dalam mennetukan
sukses anak di kemudian hari. Adapun nasihat Utsman bin Affan mengatakan,”Wahai anak-anakku, sesungguhnya orang yang
ehndak menikah itu ibarat orang yang akan menyemai benih. Maka, hendaklah dia memperlihatkan di mana dia
akan menyemainya. Dan ingatlah, bahwa (wanita yang berasal dari) keturunan
buruk jarang sekali melahirkan keturunan yang baik. Jadi, pilih-pilihlah
terlebih dahulu meskipun sejenak”
Apa
yang disampaikan oleh Utsman bin Affan memang benar. Sebab, proses pendidikan
memang sudah harus dimulai sejak anak dalam buaian. Dengan demikian salah satu
komponen dalam membentuk anak hebat adalah bagaiana ibunya menjadi madrasah pertama bagi anaknya dan ini berkaitan dengan
memilih calon istri ataupun suami yang baik. (Deary, dkk, 2006; Plomin
& Deary, 2015)
Berkaitan
dnegan hal itu, Islam memiliki metode mendidik dan membina anak. Syaikh
Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin berkata,” Yang menntukan (eberhasilan)
pembinaan anak, susah atau mudahnya, adalah kemuahan (taufik) dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala, dan jika seorang hamba bertakwa kepada Allah serta
(berusaha) menempuh metode (pembinaan) yang sesuai dengan syariat Islam, maka
Allah akan memudahkan urusannya (dalam mendidik anak). Berikut cara menajdikan
anak yang hebat sperti Hafiz Al-Qur’an cilik.
ü Pembinaan Rohani dan Jasmani
Cinta sejati kepada
anak tidaklah diwujudkan dengan mencukupi kebutuhan duniawi dan fasilitas hidup
mereka. Akan tetapi yang lebih penting dari semua itu adalah pemenuhan
kebutuhan rohani mereka terhadap pengajaran dan bimbingan agama yang bersumber
dari petunjuk al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.
ü Menggemburkan Hati
Konteks disini adalah
bahwasannya pendidikan otak juga harus diimbangi dengan pendidikan hati agar
menjadiinsan paripurna. (Goleman, 2015;
Hetzel & Stranske 2007)
ü Mempelajari Wawasan Umum
Anak-anak diajak untuk
dapat melihat dunia luar dengan mempelajari wawasan umum sehingga mereka tidak
jenuh dan paham bahwa mereka memiliki dunia seluas samudra.
ü Memakan makanan yang bergizi
Proses tumbuh kembang
dan aktivitas dalam mengoptimalkan kemampuan/potensi (seperti hafiz cilik)
sangat membutuhkan asupan gizi yang optimal sehingga otak dapat bekerja secara
optimal pula (Rampersaud, 2008; Adolpus, et al, 2013).
ü Olahraga dan Refreshing
Selain memeprhatikan
asupan gizi, anak-anak juga diajarkan bagaimana berolahraga untuk menajga
stamina fisik.
ü Tadabur Alam
Tadabur alam ini
bertujuan untuk mengungkap rasa syukur atas kebesaran Allah selain untuk
refreshing.
2. Mengapa
bisa anak tersebut memiliki kemampuan menghafal seperti itu?
Jawaban :
Terdapat
beberapa hal yang dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam mengafal al-Qur’an
seperti dua Hafiz cilik.
a) Ikhlas
sebagai kunci ilmu dan pemahaman
Niat ikhlas karena
Allah SWT semata. Jangan sampai ada niat mendapat berbagai kenikmatan dunia
yang barang tentu sangat tidak sebanding dengan kenikmatan di akhirat
kelakMenjauhi kemaksiatan dan perbuatan dosa
b) Rela
dan ikhlas memanfaatkan masa kanak-kanan dan masa muda
Anak-anak masih fresh dalam mendapatkan ilmu sehingga
mudah menyerap apa yang diajarkan dan dihafalkan. Oleh akrena itu mudah bagi
mereka menhafalal-Qur’an
c) Memanfaatkan
waktu giat dan senggang
Manghafal dilakukan
setelah shalat fajar karena leih banyak manfaatnya, terlebih bagi orang yang
tidur malam lebih awal
d) Memilih
tempat yang tepat
Menjauhi tempat yang
ramai dan yang menyebabkan konsentrasi menurun.
e) Memotivasi
diri dan tekad yang benar (memberikan reward)
Jangan lupa, biasanya
anak-anak itu menyukai hadiah. Sekecil apa pun hadiah yang kita berikan akan
sangat berkesan sekali di hati mereka. Jadi, kita bisa mulai mengadakan
pendekatan dengan menjajikan hadiah bila ia mau belajar kepada kita, terutama
sekali jika anak kita mencapai target yang sudah disepakati bersama. Selain
itu, berikan sanjungan dan pujian bila anak kita dapat menyelesaikan hafalan
tertentu.
f) Memfungsikan
semua indra
Dalam proses menghafal
Al-Quran ini, hendaknya kita dapat menfungsikan indera penglihatan,
pendengaran, dan ucapan. Setiap indera kita memiliki jalan yang akan
menyampaikannya kepada otak. Apabila cara yang dilakukan beraneka ragam, maka
akan menghasilkan hafalan yang kuat dan mantap (Effendi, 2009)
3. Hambatan
apa saja yang dihadapi anak & pembimbing selama proses?
Menuju
sukses tentu diiringi dengan bebagai hambatan, salah satu hambatan adalah
regulasi diri dan kesadaran diri. rendahnya kesadaran diri untuk mengulang
hafalan dan menyetorkan kepada guru serta kondisi fisik atau kesehatan yang
terganggu seringkali menjadi hambatan dalam proses hafalan. Dalam proses
menghafal Al-Quran ini, hendaknya kita dapat menfungsikan indera penglihatan,
pendengaran, dan ucapan. Setiap indera kita memiliki jalan yang akan
menyampaikannya kepada otak. Apabila cara yang dilakukan beraneka ragam, maka
akan menghasilkan hafalan yang kuat dan mantap. Dalam proses menghafal Al-Quran
ini, hendaknya kita dapat menfungsikan indera penglihatan, pendengaran, dan
ucapan. Setiap indera kita memiliki jalan yang akan menyampaikannya kepada
otak. Apabila cara yang dilakukan beraneka ragam, maka akan menghasilkan
hafalan yang kuat dan mantap
4. Mengapa
sarat pertama belajar harus membuang
jauh musuh yang paling dicintai?
Jawaban :
Fitrahnya, manusia diciptakan memiliki rasa cinta. Rasa ini lumrah dan
bermakna indah. Namun keindahan dalam cinta dapat menjaid boomerang bagi individu. Seperti contoh Kehadiran sang buah hati dalam
sebuah rumah tangga bisa diibaratkan seperti keberadaan bintang di malam hari,
yang merupakan hiasan bagi langit. Demikian pula arti keberadaan seorang anak
bagi pasutri, sebagai perhiasan dalam kehidupan dunia. Ini berarti, kehidupan
rumah tangga tanpa anak, akan terasa hampa dan suram.
Allah
Subhanahuwa Ta’ala berfirman,
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ
ثَوَاباً وَخَيْرٌ أَمَلاً
“Harta dan anak-anak adalah
perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal dan shaleh adalah
lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Qs.al-Kahfi: 46)
Bersamaan
dengan itu, nikmat keberadaan orang yang dicintai dapat menjadi musuh terbesar
dan ujian yang bisa menjerumuskan seorang hamba dalam kebinasaan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan hal ini dalam firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ
وَأَوْلادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara
isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (Qs. At-Taghaabun:14)
Makna menjadi musuh besar bagimu adalah
melalikan kamu dari melakukan amal sholeh dan bisa menjerumuskan kita ke dalam
perbuatan maksiat kepada Allah SWT. Ketika
menafsirkan ayat di atas, syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “…Karena jiwa
manusia memiliki fitrah untuk cinta kepada istri dan anak-anak, maka (dalam
ayat ini) Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan hamba-hamba-Nya agar (jangan
sampai) kecintaan ini menjadikan mereka menuruti semua keinginan istri dan
anak-anak mereka dalam hal-hal yang dilarang dalam syariat. Dan Dia memotivasi
hamba-hamba-Nya untuk (selalu) melaksanakan perintah-perintah-Nya dan
mendahulukan keridhaan-Nya…”
Dengan demikian, bagi hafiz Al-Quran,
mereka tidak dipertemukan oleh ibunya dan keluarganya dalam jangka waktu yang
lama untuk menghindari hal-hal yang dapat membuat anak lali dengan kewajibannya
sehingga mereka tidak berhasil dalam menuju tujuannya sebagai hafiz Al-Quran sebagai
jalan jihad kepada Allah SWT. Oleh karena itu, langkah belajar pertama kali
adalah menjauhkan musuh yang paling
dicintai.
DAFTAR REFERENSI
Mester, B. (2014). Locke’s Theory of
Education as a Philosophical Anthropology. Hungarian Academy of Sciences, UDC
130.11:37.011
Goleman,Daniel. (2015). Emotionally
Intelligence. Gramedia: Jakarta
Plomin, R & Deary, I J. 2015.
Genetics and intelligence differences: five special findings. Mol
Psychiatry. 20(1): 98–108.
Deary, Ian J; Spinath, Frank M; & Bates, Timothy C. 2006. Genetics of
intelligence. European Journal of Human
Genetics. 14: 690–700
Effendi, Taufik Hamim. (2009). Jurus
Jitu Mrnghafal Al-Qur’an. Muntada Ahlil Qur’an: Bekasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar